Translate

11 Mar 2017

Ilmu Alamiah Dasar

1. Pengertian Ilmu Alamiah Dasar (IAD)

Definisi menurut J. Maskoeri (2012) jika dijabarkan definisi tersebut menjelaskan bahwa Ilmu Alamiah adalah kegiatan untuk mengkaji dan mencari penemuan atau percobaan tentang keadaan alam dan gejala-gejala di muka bumi dan alam semesta yang nantinya bisa menghasilkan suatu konsep dan prinsip, yang dapat mendorong manusia untuk melakukan kegiatan tersebut berulang-ulang, dan Ilmu Alamiah Dasar pun terbentuk untuk mengkaji konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip dari Ilmu Alamiah tersebut.

Menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (1998) “Ilmu Alamiah Dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi” yang pembahasannya mencakup pengenalan IPA dan ruang lingkupnya, perkembangan teknologi dan dampaknya, serta hubungannya dengan kelangsungan hidup manusia.

Selanjutnya H. Abu Ahmadi & A. Supatmo (1991) menyatakan Ilmu Alamiah atau sering disebut IPA yaitu suatu  pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas- khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,  penyusunan teori, eksperimentasi,  observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Ilmu Alamiah Dasar yaitu ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, yang berarti bahwa Ilmu Alamiah Dasar adalah hasil teori yang disusun secara benar-benar terperinci, yaitu :
  • Observasi eksperimentasi
  • Penyusunan Teori
  • Eksperimentasi
  • Kembali mengobservasi
Daftar Pustaka

Abdullah Aly & Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. 

Ahmadi, H. Abu & A. Supatmo. 1991. Ilmu Alamiah Dasar : Komponen MKDU 1991. Jakarta: Rineka Cipta

J. Maskoeri. 2012. Ilmu Alamiah Dasar. RajaGrafindo Persada.

2. Perkembangan Alam Fikir Manusia

Van Peursen melihat perubahan yang terjadi dalam satu skema umum yang mana di dalam skema itu masing-masing kebudayaan mengisi dengan caranya masing-masing. Dalam skema umum tersebut terdapat tiga alam pemikiran, yang pertama adalah alam pikiran mitis, yang kedua adalah alam pikiran ontologis, dan yang ketiga adalah alam pemikiran fungsional. Ketiganya mempunyai ciri khas masing-masing dan fungsinya masing-masing dalam sejarah  peradaban manusia.


Alam Pemikiran Mitis

Peradaban manusia yang awali disebut peradaban yang primitif oleh para ahli saat ini. Kata ‘primitif’ biasanya diartikan secara peyorasi sebagai terbelakang. Namun pada dasarnya, primitif adalah saat di mana manusia masih mempunyai kedekatan dengan alam dan belum dikacaukan dengan teknik (1976: 34). Alam ini dimaknai sebagai hal yang melingkupi kehidupan manusia dan tidak dapat diatur atau dipahami sepenuhnya (misteri).

Alam Pikiran Ontologis

Ciri utama dunia mitis adalah rasa takut dalam diri manusia terhadap daya-daya purba dalam hidup dan alam raya. Berangkat dari pengalaman ini, manusia mencari suatu relasi yang tepat untuk menciptakan harmonisasi dengan daya-daya tersebut. Usaha tersebut melahirkan sikap yang praktis dan teoritis. Dari sikap praktis dapat kita lihat melalui upacara, ritual, dan lain sebagainya. Dan sikap teoritis nampak dari berbagai macam dongeng penciptaan juga  berbagai jenis cerita semacam ini.

Pemikiran Fungsional

Pemikiran mitis dan ontologis merupakan latar belakang untuk dapat memahami kebudayaan masa ini yang merupakan kebudayaan fungsional. Pemikiran fungsional merupakan suatu pembebasan dari substansialisme yang mengukung kita. Substansialisme membuat manusia semakin terasing. Keterasingan adalah suatu keadaan ketika barang-barang dunia yang serba biasa dialami nampak begitu asing. Manusia menjadi asing atas alam raya sekitarnya dan industry-industri yang dibuatnya sendiri. Semula manusia berpijak pada substansialisme untuk menemukan hubungan dirinya dengan daya kuasa sekitarnya, namun malah kehilangan dasar kepercayaannya yang disebut krisis kepastian.

Kesimpulan

Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa alam pemikiran mitos adalah alam  pemikiran yang cukup kaya dan memperlihatkan usaha manusia dalam mengekspresikan apa yang dipercayanya,, yaitu daya-daya dari luar. Alam pemikiran ini tidak bisa dikatakan sebagai alam pemikiran pralogis hanya karena dianggap demikian oleh kaum rasionalis dan romantic. Alam pemikiran mitis adalah alam pemikiran yang lain dengan alam pemikiran logis-ontologis dan memuat kekayaannya sendiri.

Daftar Pustaka

http://www.academia.edu/22254329/Alam_Pikiran_Manusia_menurut_Van_Peursen

3. Bagaimana Manusia Memuaskan Keingintahuan

Ada 3 Hal yang harus dipenuhi dalam pengetahuan (Mehra & Burhan 1964), yaitu:

  1. Adanya sistem gagasan dalam pikiran
  2. Gagasan ini sesuai dengan benda benda yang sebenarnya ada
  3. Haruslah ada suatu keyakinan tentang adanya persesuaian.


Apabila salah satu dari tiga unsur tersebut hilang, tidak akan terjadi "Pengetahuan".
Menurut Mehra & Burhan, ada tiga sumber pengetahuan, yaitu:

  1. pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman langsung
  2. pengetahuan yang diperoleh dari suatu konklusi
  3. pengetahuan yang diperoleh dari kesaksian dan authority


Ilmu pengetahuan mempergunakan berbagai cara dan alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan tepat, sedangkan pengetahuan bergantung pada pengamatan yang tidak metodis.

Daftar Pustaka
Mehra, Partap Sing dan Burhan Yasin. 1964.  Pengantar Logika Tradisional. Bandung, Binacipta.

4. Pengertian Mitos

Van Peursen - Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang melalui cara  penyampaian lisan, tulisan, atau pementasan

Menurut KBBI mitos/mi·tos/ adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib;

William A. Haviland - Mitos menurutnya adalah cerita mengenai pristiwa semihistoris yang menerangkan masalah akhir dikehidupan manusia.

Levi Strauss - Menurutnya mitos adalah suatu warisan dalam bentuk cerita tertentu dari tradisi lisan yang mengisahkan manusia pertama, binatang, dan lainnya yang berdasarkan suatu skema logis yang didalamnya terkandung mitos itu dan yang memungkinkan kita menintegrasikan semua masalah yang perlu diselesaikan dalam suatu kostruksi sistematis.

Menurut Ahimsa-Putra: mitos adalah cerita yang “aneh” yang seringkali sulit dipahami maknanya atau diterima kebenarannya karena kisah di dalamnya “tidak masuk akal” atau tidak sesuai dengan apa yang kita temui sehari-hari.

Contoh Mitos:
  • Tertimpa cicak tandanya sial.
  • Wanita tidak boleh duduk didepan Pintu " Pamali ".
  • Apabila memakai payung didalam rumah berarti nantinya akan sial.
  • Jangan Bersiul pada malam hari karena akan mengundang setan.


Daftar Pustaka:

http://www.academia.edu/22254329/Alam_Pikiran_Manusia_menurut_Van_Peursen

5. Pengertian Legenda

Menurut Danandaja “2002” - Legenda bersifat sekuler “keduniawian” terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda sering dipandang tidak hanya merupakan cerita belaka namun juga dipandang sebagai “sejarah” kolektif namun hal itu juga sering menjadi perdebatan mengingat cerita tersebut karena kelisannya telah mengalami distorsi. Maka, apabila legenda akan dijadikan bahan sejarah harus dibersihkan dulu dari unsur-unsur folklornya.

Menurut Moeis - Menyatakan legenda juga bukan semata-mata cerita hiburan, namun lebih dari itu dituturkan untuk mendidik manusia serta membekali mereka terhadap ancaman bahaya yang ada dalam lingkungan kebudayaan.
Legenda ialah cerita rakyat yang persediaannya paling banyak, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat berpindah-pindah yang sehingga dikenal luas di daerah yang berlainan.

Menurut Alan Dundes - Jumlah legenda di setiap kebudayaan jauh lebih banyak dari pada mite dan dongeng. Hal ini disebabkan jika mite hanya memiliki jumlah tipe dasar yang terbatas, seperti penciptaan dunia dan asal mula terjadinya kematian, namun legenda memiliki jumlah tipe dasar yang tidak terbatas, terutama legenda setempat yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan legenda yang dapat mengembara dari satu daerah ke daerah lain ” migratory legends”. Begitu juga bila dibandingkan dengan dongeng, dongeng-dongeng yang berkembang sekarang ini kebanyakan versi dari dongeng yang telah ada bukan merupakan dongeng yang baru, sedangkan legenda dapat tercipta yang baru.

KBBI - legenda/ cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah; hidup tokoh cerita yang masih hidup;

Contoh Legenda :
  • Sangkuriang
  • La Madukelleng
  • William Tell
  • Kutukan Jin Mun
  • Lutung Kasarung
  • Danau toba
  • Malin kundang
  • Batu bagga
  • Sinbad
  • Timun Mas
  • Banyuwangi
  • Pulau Giliraja


Daftar Pustaka


6. Pengertian Cerita Rakyat/ Folklor

Folklor meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang mempelajari folklor disebut folkloristika. Istilah filklor berasal dari bahasa Inggris, folklore, yang pertama kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris William Thoms dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846. (George, Robert A. & Michael Owens Jones. 1995)

Cerita rakyat adalah badan kebudayaan ekspresif bersama oleh sekelompok orang tertentu; itu meliputi tradisi umum untuk budaya, subkultur atau kelompok. Ini termasuk tradisi lisan seperti cerita, peribahasa dan lelucon. Mereka termasuk budaya material, mulai dari gaya bangunan tradisional untuk handmade mainan umum untuk kelompok. Folklore juga mencakup pengetahuan adat, bentuk dan ritual perayaan seperti Natal dan pernikahan, tarian rakyat dan upacara inisiasi. Setiap salah satu dari ini, baik secara tunggal atau dalam kombinasi, dianggap sebagai artefak cerita rakyat. Sama seperti penting sebagai bentuk, cerita rakyat juga meliputi transmisi artefak ini dari satu daerah ke daerah lain atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk cerita rakyat tidak diajarkan dalam kurikulum sekolah formal atau belajar di seni rupa. Sebaliknya tradisi ini diteruskan secara informal dari satu orang ke orang lain baik melalui instruksi lisan atau demonstrasi. Studi akademis cerita rakyat disebut folkloristics.

Netherlandish Amsal

Untuk memahami cerita rakyat, akan sangat membantu untuk memperjelas bagian komponennya: istilah rakyat dan pengetahuan. Hal ini terdokumentasi dengan baik bahwa istilah ini diciptakan pada tahun 1846 oleh Inggris William Thoms. Dia dibuat untuk menggantikan istilah kontemporer "barang antik populer" atau "sastra populer". Bagian kedua dari kata majemuk, pengetahuan, membuktikan lebih mudah untuk mendefinisikan sebagai maknanya telah tinggal relatif stabil selama dua abad terakhir. Datang dari 'instruksi,' Old English lar dan dengan sanak Jerman dan Belanda, itu adalah pengetahuan dan tradisi dari kelompok tertentu, sering diteruskan dari mulut ke mulut.
Ini definisi sosial diperluas rakyat mendukung pandangan yang lebih luas dari materi, yaitu adat-istiadat, dianggap cerita rakyat artefak. Ini sekarang mencakup semua "hal orang membuat dengan kata-kata (lore lisan), hal-hal yang mereka buat dengan tangan mereka (materi pengetahuan), dan hal-hal yang mereka buat dengan tindakan mereka (lore adat)". Cerita rakyat tidak lagi dibatasi sebagai kronologis tua atau usang. cerita rakyat yang mempelajari artefak tradisional dari kelompok sosial dan bagaimana mereka ditransmisikan.

Daftar Pustaka

George, Robert A. & Michael Owens Jones. 1995. Folkloristics: An Introduction. Indiana, University Press.

Abrahams, Roger D. 1972. Personal Power and Social Restraint. In Bauman, Richard; Paredes, 
Americo. Toward New Perspectives in Folklore. Bloomington, IN: Trickster Press.

Bauman, Richard. 1971. Differential Identity and the Social Base of Folklore. The Journal of American Folklore. America.