Definisi menurut J. Maskoeri (2012) jika dijabarkan
definisi tersebut menjelaskan bahwa Ilmu Alamiah adalah kegiatan untuk mengkaji
dan mencari penemuan atau percobaan tentang keadaan alam dan gejala-gejala di
muka bumi dan alam semesta yang nantinya bisa menghasilkan suatu konsep dan
prinsip, yang dapat mendorong manusia untuk melakukan kegiatan tersebut
berulang-ulang, dan Ilmu Alamiah Dasar pun terbentuk untuk mengkaji
konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip dari Ilmu Alamiah tersebut.
Menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (1998) “Ilmu Alamiah Dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi” yang pembahasannya mencakup pengenalan IPA dan ruang lingkupnya, perkembangan teknologi dan dampaknya, serta hubungannya dengan kelangsungan hidup manusia.
Selanjutnya H. Abu Ahmadi & A. Supatmo (1991) menyatakan Ilmu Alamiah atau
sering disebut IPA yaitu suatu
pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas- khusus,
yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Ilmu Alamiah Dasar yaitu
ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, yang berarti bahwa Ilmu
Alamiah Dasar adalah hasil teori yang disusun secara benar-benar terperinci,
yaitu :
- Observasi eksperimentasi
- Penyusunan Teori
- Eksperimentasi
- Kembali mengobservasi
Daftar Pustaka
Abdullah Aly & Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ahmadi, H. Abu & A. Supatmo. 1991. Ilmu Alamiah Dasar : Komponen MKDU 1991. Jakarta: Rineka Cipta
J. Maskoeri. 2012. Ilmu Alamiah Dasar. RajaGrafindo Persada.
2. Perkembangan Alam Fikir Manusia
Van Peursen melihat perubahan yang terjadi dalam
satu skema umum yang mana di dalam skema itu masing-masing kebudayaan mengisi
dengan caranya masing-masing. Dalam skema umum tersebut terdapat tiga alam
pemikiran, yang pertama adalah alam pikiran mitis, yang kedua adalah alam
pikiran ontologis, dan yang ketiga adalah alam pemikiran fungsional. Ketiganya
mempunyai ciri khas masing-masing dan fungsinya masing-masing dalam
sejarah peradaban manusia.
Alam Pemikiran Mitis
Peradaban manusia yang awali disebut peradaban yang
primitif oleh para ahli saat ini. Kata ‘primitif’ biasanya diartikan secara
peyorasi sebagai terbelakang. Namun pada dasarnya, primitif adalah saat di mana
manusia masih mempunyai kedekatan dengan alam dan belum dikacaukan dengan
teknik (1976: 34). Alam ini dimaknai sebagai hal yang melingkupi kehidupan
manusia dan tidak dapat diatur atau dipahami sepenuhnya (misteri).
Alam Pikiran Ontologis
Ciri utama dunia mitis adalah rasa takut dalam diri
manusia terhadap daya-daya purba dalam hidup dan alam raya. Berangkat dari
pengalaman ini, manusia mencari suatu relasi yang tepat untuk menciptakan
harmonisasi dengan daya-daya tersebut. Usaha tersebut melahirkan sikap yang
praktis dan teoritis. Dari sikap praktis dapat kita lihat melalui upacara,
ritual, dan lain sebagainya. Dan sikap teoritis nampak dari berbagai macam
dongeng penciptaan juga berbagai jenis
cerita semacam ini.
Pemikiran Fungsional
Pemikiran mitis dan ontologis merupakan latar
belakang untuk dapat memahami kebudayaan masa ini yang merupakan kebudayaan
fungsional. Pemikiran fungsional merupakan suatu pembebasan dari
substansialisme yang mengukung kita. Substansialisme membuat manusia semakin
terasing. Keterasingan adalah suatu keadaan ketika barang-barang dunia yang
serba biasa dialami nampak begitu asing. Manusia menjadi asing atas alam raya
sekitarnya dan industry-industri yang dibuatnya sendiri. Semula manusia
berpijak pada substansialisme untuk menemukan hubungan dirinya dengan daya
kuasa sekitarnya, namun malah kehilangan dasar kepercayaannya yang disebut
krisis kepastian.
Kesimpulan
Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa alam
pemikiran mitos adalah alam pemikiran
yang cukup kaya dan memperlihatkan usaha manusia dalam mengekspresikan apa yang
dipercayanya,, yaitu daya-daya dari luar. Alam pemikiran ini tidak bisa dikatakan
sebagai alam pemikiran pralogis hanya karena dianggap demikian oleh kaum
rasionalis dan romantic. Alam pemikiran mitis adalah alam pemikiran yang lain
dengan alam pemikiran logis-ontologis dan memuat kekayaannya sendiri.
Daftar Pustaka
http://www.academia.edu/22254329/Alam_Pikiran_Manusia_menurut_Van_Peursen
3. Bagaimana Manusia Memuaskan Keingintahuan
Ada 3 Hal yang harus dipenuhi dalam pengetahuan (Mehra & Burhan 1964), yaitu:
- Adanya sistem gagasan dalam pikiran
- Gagasan ini sesuai dengan benda benda yang sebenarnya ada
- Haruslah ada suatu keyakinan tentang adanya persesuaian.
Apabila salah satu dari tiga unsur tersebut hilang, tidak akan terjadi "Pengetahuan".
Menurut Mehra & Burhan, ada tiga sumber pengetahuan, yaitu:
- pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman langsung
- pengetahuan yang diperoleh dari suatu konklusi
- pengetahuan yang diperoleh dari kesaksian dan authority
Ilmu pengetahuan mempergunakan berbagai cara dan alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan tepat, sedangkan pengetahuan bergantung pada pengamatan yang tidak metodis.
Daftar Pustaka
Mehra, Partap Sing dan Burhan Yasin. 1964. Pengantar Logika Tradisional. Bandung, Binacipta.
4. Pengertian Mitos
Van Peursen - Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang melalui cara penyampaian lisan, tulisan, atau pementasan
Menurut KBBI mitos/mi·tos/ adalah cerita suatu
bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang
asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung arti mendalam
yang diungkapkan dengan cara gaib;
William A. Haviland - Mitos menurutnya adalah cerita
mengenai pristiwa semihistoris yang menerangkan masalah akhir dikehidupan
manusia.
Levi Strauss - Menurutnya mitos adalah suatu warisan
dalam bentuk cerita tertentu dari tradisi lisan yang mengisahkan manusia
pertama, binatang, dan lainnya yang berdasarkan suatu skema logis yang
didalamnya terkandung mitos itu dan yang memungkinkan kita menintegrasikan
semua masalah yang perlu diselesaikan dalam suatu kostruksi sistematis.
Menurut Ahimsa-Putra: mitos adalah cerita yang
“aneh” yang seringkali sulit dipahami maknanya atau diterima kebenarannya
karena kisah di dalamnya “tidak masuk akal” atau tidak sesuai dengan apa yang
kita temui sehari-hari.
Contoh Mitos:
- Tertimpa cicak tandanya sial.
- Wanita tidak boleh duduk didepan Pintu " Pamali ".
- Apabila memakai payung didalam rumah berarti nantinya akan sial.
- Jangan Bersiul pada malam hari karena akan mengundang setan.
Daftar Pustaka:
http://www.academia.edu/22254329/Alam_Pikiran_Manusia_menurut_Van_Peursen
5. Pengertian Legenda
Menurut Danandaja “2002” - Legenda bersifat sekuler
“keduniawian” terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di
dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda sering dipandang tidak hanya
merupakan cerita belaka namun juga dipandang sebagai “sejarah” kolektif namun
hal itu juga sering menjadi perdebatan mengingat cerita tersebut karena
kelisannya telah mengalami distorsi. Maka, apabila legenda akan dijadikan bahan
sejarah harus dibersihkan dulu dari unsur-unsur folklornya.
Menurut Moeis - Menyatakan legenda juga bukan
semata-mata cerita hiburan, namun lebih dari itu dituturkan untuk mendidik
manusia serta membekali mereka terhadap ancaman bahaya yang ada dalam
lingkungan kebudayaan.
Legenda ialah cerita rakyat yang persediaannya
paling banyak, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena legenda
biasanya bersifat migratoris yakni dapat berpindah-pindah yang sehingga dikenal
luas di daerah yang berlainan.
Menurut Alan Dundes - Jumlah legenda di setiap
kebudayaan jauh lebih banyak dari pada mite dan dongeng. Hal ini disebabkan
jika mite hanya memiliki jumlah tipe dasar yang terbatas, seperti penciptaan
dunia dan asal mula terjadinya kematian, namun legenda memiliki jumlah tipe
dasar yang tidak terbatas, terutama legenda setempat yang jauh lebih banyak
jika dibandingkan dengan legenda yang dapat mengembara dari satu daerah ke
daerah lain ” migratory legends”. Begitu juga bila dibandingkan dengan dongeng,
dongeng-dongeng yang berkembang sekarang ini kebanyakan versi dari dongeng yang
telah ada bukan merupakan dongeng yang baru, sedangkan legenda dapat tercipta
yang baru.
KBBI - legenda/ cerita rakyat pada zaman dahulu yang
ada hubungannya dengan peristiwa sejarah; hidup tokoh cerita yang masih hidup;
Contoh Legenda :
- Sangkuriang
- La Madukelleng
- William Tell
- Kutukan Jin Mun
- Lutung Kasarung
- Danau toba
- Malin kundang
- Batu bagga
- Sinbad
- Timun Mas
- Banyuwangi
- Pulau Giliraja
Daftar Pustaka
6. Pengertian Cerita Rakyat/ Folklor
Folklor meliputi legenda, musik, sejarah lisan,
pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam
suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga merupakan serangkaian
praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi
yang mempelajari folklor disebut folkloristika. Istilah filklor berasal dari
bahasa Inggris, folklore, yang pertama kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris
William Thoms dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada
tahun 1846. (George, Robert A. & Michael Owens Jones. 1995)
Cerita rakyat adalah badan kebudayaan ekspresif
bersama oleh sekelompok orang tertentu; itu meliputi tradisi umum untuk budaya,
subkultur atau kelompok. Ini termasuk tradisi lisan seperti cerita, peribahasa
dan lelucon. Mereka termasuk budaya material, mulai dari gaya bangunan
tradisional untuk handmade mainan umum untuk kelompok. Folklore juga mencakup
pengetahuan adat, bentuk dan ritual perayaan seperti Natal dan pernikahan,
tarian rakyat dan upacara inisiasi. Setiap salah satu dari ini, baik secara
tunggal atau dalam kombinasi, dianggap sebagai artefak cerita rakyat. Sama
seperti penting sebagai bentuk, cerita rakyat juga meliputi transmisi artefak
ini dari satu daerah ke daerah lain atau dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Untuk cerita rakyat tidak diajarkan dalam kurikulum sekolah formal
atau belajar di seni rupa. Sebaliknya tradisi ini diteruskan secara informal
dari satu orang ke orang lain baik melalui instruksi lisan atau demonstrasi.
Studi akademis cerita rakyat disebut folkloristics.
Netherlandish Amsal
Untuk memahami cerita rakyat, akan sangat membantu
untuk memperjelas bagian komponennya: istilah rakyat dan pengetahuan. Hal ini
terdokumentasi dengan baik bahwa istilah ini diciptakan pada tahun 1846 oleh
Inggris William Thoms. Dia dibuat untuk menggantikan istilah kontemporer
"barang antik populer" atau "sastra populer". Bagian kedua
dari kata majemuk, pengetahuan, membuktikan lebih mudah untuk mendefinisikan
sebagai maknanya telah tinggal relatif stabil selama dua abad terakhir. Datang
dari 'instruksi,' Old English lar dan dengan sanak Jerman dan Belanda, itu
adalah pengetahuan dan tradisi dari kelompok tertentu, sering diteruskan dari
mulut ke mulut.
Ini definisi sosial diperluas rakyat mendukung
pandangan yang lebih luas dari materi, yaitu adat-istiadat, dianggap cerita
rakyat artefak. Ini sekarang mencakup semua "hal orang membuat dengan
kata-kata (lore lisan), hal-hal yang mereka buat dengan tangan mereka (materi
pengetahuan), dan hal-hal yang mereka buat dengan tindakan mereka (lore
adat)". Cerita rakyat tidak lagi dibatasi sebagai kronologis tua atau
usang. cerita rakyat yang mempelajari artefak tradisional dari kelompok sosial
dan bagaimana mereka ditransmisikan.
Daftar Pustaka
George, Robert A. & Michael Owens Jones. 1995. Folkloristics: An Introduction. Indiana,
University Press.
Abrahams, Roger D. 1972. Personal Power and Social Restraint. In Bauman, Richard; Paredes,
Americo. Toward New Perspectives in
Folklore. Bloomington, IN: Trickster Press.
Bauman, Richard. 1971. Differential Identity and the Social Base of Folklore. The Journal
of American Folklore. America.